Hari hari yang Dilarang Berpuasa

Sabtu, 06 Desember 2014

Berpuasalah - Hari hari yang Dilarang Berpuasa. Ada banyak manfaat yang dapat kita petik dari kebiasaan berpuasa sunnah, sebagaimana disebutkan dalam banyak hadis, juga berdasarkan pengalaman para pengamal puasa sunnah. Bahkan, meskipun seseorang tak berniat puasa apa pun, berpuasa begitu saja sudah ada manfaatnya, yaitu bagi kesehatan kita. Dengan berpuasa minimal organ tubuh beristirahat sejenak dan aktifitas sehari-hari mengolah dan mencerna makanan. Mesin saja membutuhkan istirahat, apalagi tubuh kita. Namun ada saat-saat di mana kita dilarang untuk berpuasa, mengingat beberapa hal yang melatarbelakanginya. Hal ini tentu dengan maksud tertentu, misalnya saat hari raya Idul Fitri dilarang untuk berpuasa, sebab saat itu merupakan waktu bersenang-senang yang diberikan oleh Allah Swt setelah berjuang selama satu bulan mengekang hawa nafsu, minimal dari makan dan minum.
Hari hari yang Dilarang Berpuasa
Hari hari yang Dilarang Berpuasa
Berikut ini akan diuraikan saat-saat di mana kita dilarang berpuasa, agar dapat menjadikan pelajaran dan pengertian bagi kita:
  • Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha: Menurut ijma’ ulama, haram berpuasa pada kedua hari raya, Idul Fitri dan Idul Adha, baik puasa fardhu seperti puasa nazar atau pun puasa sunnah. Hal tersebut berdasarkan hadis yang diterima Umar r.a berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Saw. melarang berpuasa pada kedua hari raya ini. Mengenai hari raya Fitri, karena ia merupakan saat berbukamu dari puasamu (Ramadhan), sedangkan mengenai hari raya Adha, agar kamu dapat memakan hasil kurbanmu.” (HR. Ahmad).
  • Hari Tasyriq: Tidak boleh berpuasa pada hari tasyriq, yaitu tiga hari berturut-turut setelah hari raya Adha (tanggal 11, 12, 13 bulan Dzulhijjah). Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a: “Bahwasanya Rasulullah Saw. mengutus Abdullah Bin Hudzafah berkeliling Mina untuk menyampaikan: janganlah kamu berpuasa pada hari ini, karena Ia merupakan hari makan minum dan mengingat Allah Azza wa Jalla.” (HR. Ahmad).
  • Mengkhususkan Puasa Hari Jumat: Hari Jumat merupakan hari raya bagi kaum muslimin, oleh sebab itu dilarang oleh agama berpuasa pada hari Jumat. Akan tetapi jumhur ulama berpendapat bahwa larangan itu berarti makruh, bukan menunjukkan haram. Kecuali bila seseorang berpuasa sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya, atau sesuai dengan kebiasaaannya, atau kebetulan pada hari Arafah atau hari Asyura, maka tidaklah makruh berpuasa pada hari Jumat. Berdasarkan hadis yang diterima dan Abdullah bin Amar: “Bahwasanya Rasulullah Saw. masuk ke rumah Juwairiyah binti Harits pada han Jumat, sedang Ia berpuasa. Maka Nabi bertanya: “Apakah engkau berpuasa kemarin?”. “Tidak,” ujarnya. “Dan besok, apakah engkau bermaksud hendak berpuasa?”, tanya Nabi lagi. “Tidak, “jawab Juwairiyah. Lalu Nabi bersabda: “Kalau begitu berbukalah.” (HR. Ahmad dan Nasa’i).
  • Mengkhususkan Hari Sabtu: Rasulullah Saw. melarang puasa yang dikhususkan pada hari Sabtu saja, sebagaimana sabdanya: “Janganlah kamu berpuasa pada hari Sabtu, kecuali mengenai yang diwajibkan atasmu (term asuk puasa qadha, nazar atau puasa yang telah biasa dilakukan). Dan seandainya seseorang di antaramu tidak menemukan kecuali kulit anggur atau bungkal kayu, hendaknyalah dimamahnya makanan itu. (HR. Ahmad). Turmudzi menjelaskan bahwa makna makruh disini maksudnya jika seseorang mengkhususkan hari Sabtu untuk berpuasa, karena orang-orang Yahudi membesarkan hari Sabtu.
  • Hari yang Diragukan: Mengenai terlarangnya berpuasa pada hari yang diragukan, yaitu tanggal 30 Sya’ban, apakah sudah masuk Ramadhan atau belum, disebutkan dalam, sebuah hadis: “Barangsiapa yang berpuasa pada hari yang diragukan, berarti Ia telah durhaka kepada Abul Qasim (Nabi Muhammad saw.).” (HR. Ashabus Sunan). Dan jika seseorang berpuasa pada hari itu karena kebetulan bertepatan dengan kebiasaannya, maka hukumnya boleh dan tidak dimakruhkan. Rasulullah saw bersabda: Janganlah kamu dahului puasa Ramadhan itu barang sehari atau dua hari, kecuali bila bertepatan dengan hari yang biasa dipuasakan, maka bolehlah kamu berpuasa pada hari itu.” (HR. Jamaah).
  • Puasa Sepanjang Masa: Berpuasa sepanjang masa yakni tanpa mengindahkan hari-hari yang syara’ adalah haram, berdasarkan Rasulullah Saw bersabda: “Tidak berarti puasa orang yang berpuasa sepanjang masa (HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim). Adapun yang lebih utama ädalah berpuasa secara berselang-seling, yakni sehari berpuasa sehari berbuka. Puasa yang seperti ini merupakan puasa yang disukai Allah, sebagaimana yang biasa dilakukan Nabi Daud a.s.
  • Puasa Tanpa Seizin Suami: Rasulullah Saw. melarang wanita berpuasa jika suaminya di rumah, kecuali dengan izinnya. Di riwayatkan oleh Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Wanita tidak boleh berpuasa sunnah bila suaminya berada di rumah, kecuali sudah atas izinnya, dan wanita tidak boleh mempersilahkan orang lain masuk ke dalam rumahnya, kecuali dengan izin suaminya pula.” (Muttafaq ‘alaihi).
Sekian uraian tentang Hari hari yang Dilarang Berpuasa, semoga dapat menambah pengetahuan Anda tentang puasa, Amin Ya Rabb. 
Continue Reading...

Rahasia Keutamaan Puasa Senin Kamis

Selasa, 04 November 2014

(Berpuasalah). Puasa Senin Kamis adalah salah satu puasa sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah, karena keutamaannya yang luar biasa. Banyak nilai-nilai yang terkandung dari disunnahkannya puasa pada hari Senin dan Kamis ini.  Jika puasa secara umum memiliki manfaat yang demikian besar, sebagaimana telah diungkapkan banyak ahli, maka pada puasa pada hari Senin dan Kamis ini Rasulullah biasa melakukannya karena memiliki keutamaan yang sangat besar. Rasulullah Saw pernah ditanya tentang puasa Senin Kamis, beliau menjawab, “Amal hamba dihamparkan pada hari Senin dan Kamis. Aku ingin amalku dihamparkan sementara aku dalam kondisi puasa”. (HR Abu Daud).

Rahasia Keutamaan Puasa Senin Kamis
Keutamaan Puasa Senin Kamis
Rahasia dan keutamaan dari puasa Senin Kamis ini sebagai berikut:

1. Hari ketika amal para hamba Allah diperiksa.
Dalam sebuah hadis yang disampaikan oleh Abu Hurairah, “Segala amal perbuatan manusia pada hari Senin dan Kamis akan diperiksa oleh malaikat, karena itu aku senang ketika amal perbuatanku diperiksa aku dalam kondisi berpuasa.” (HR Tirmidzi).

2. Hari dibukanya pintu-pintu surga
Allah membukakan pintu-pintu surga untuk hambaNya pada hari Senin dan Kamis. Pada saat pintu surga dibukakan, di situlah kita selalu berharap kepada Allah untuk diampuni segala dosa dan kesalahan. “Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka diampuni dalam kedua hari itu setiap hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, kecuali orang yang di antaranya dan saudaranya terdapat permusuhan. Kemudian dikatakan,’ lihatlah kedua orang ini hingga keduanya berdamai.” (HR Al Khatib, Muslim, Abu Daud, Nasa’i, At-Tirmidzi dan Ibnu Hiban).

3. Membantu menyehatkan tubuh
Melalui puasa rutin Senin Kamis, yang rata-rata dilakukan 13-14 jam, dianggap sebagai metode yang paling tepat bagi sistem pembuangan sel-sel atau hormon yang rusak. Puasa Senin Kamis menjadi sarana dalam menurunkan kadar gula dalam darah hingga mencapai kadar yang seimbang. Sesungguhnya puasa memberikan kesempatan kelenjar pankreas untuk istirahat. Pankreas akan mengeluarkan insulin yang menetralkan gula menjadi zat tepung dan lemak.

4. Meningkatkan semangat belajar dan bekerja
Nilai positif lainnya dengan berpuasa Senin-Kamis akan meningkatkan etos kerja seseorang, asalkan dilakukan sesuai dengan petunjuk dan sunnah Rasulullah Saw. Pengaruh puasa pada sel-sel tubuh manusia, apa yang terjadi pada sel-sel otak dan sel-sel tubuh lainnya. Bagi tubuh orang yang sedang puasa akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan, di antaranya tubuh bersih dari sisa-sisa dan kelebihan zat tubuh dan sel. Sel-sel yang rusak atau lemah dan bagian tubuh yang sakit, selanjutnya memberi kesempatan kepada peremajaan sel-sel sehingga lebih aktif.

Sekian uraian tentang Rahasia Keutamaan Puasa Senin Kamis, semoga bermanfaat. 
Continue Reading...

Niat Puasa Asyura 10 Muharam

Minggu, 02 November 2014

(Berpuasalah). Apa niat puasa Asyura? Sebelum kami memaparkan niat puasa Asyura, ada baiknya terlebih dahulu kita mengetahui apa itu puasa asyura dan apa keutamaannya. Puasa Asyura adalah puasa yang dilaksanakan pada hari ke-10 dalam bulan Muharam.  Puasa Asyura sangat dianjurkan dalam Islam, sesuai dengan sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Muslim “Puasa yang paling utama sesudah puasa Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah), Muharam. Sementara itu, shalat yang paling utama setelah shalat fardu adalah shalat malam”. Rasulullah SAW juga pernah ditanya tentang puasa Asyura dan Rasulullah SAW menjawab , “Menghapuskan dosa-dosa setahun yang lalu”. 

Niat Puasa Asyura 10 Muharam
Niat Puasa Asyura 10 Muharam
Muharam adalah bulan yang disukai Allah SWT. Bulan itu termasuk salah satu dari empat bulan yang dimuliakan. Allah menganugerahkan banyak keutamaan pada bulan tersebut. Menurut riwayat, banyak peristiwa besar yang terjadi pada 10 Muharam, di antaranya:
  • Allah jadikan 7 petala langit dan 7 petala bumi;
  • Allah jadikan bulan, bintang, matahari, dan cakrawala;
  • Allah jadikan Arasy, surga, Lauh Mahfuz, Kalam, dan malaikat;
  • Allah menciptakan Nabi Adam a.s dan Hawa a.s.;
  • Dimasukkannya Nabi Adam a.s. ke dalam surga;
  • Tobat Nabi Adam a.s. diterima Allah;
  • Nabi Nuh a.s. diselamatkan oleh Allah dengan bahtera saat banjir bandang;
  • Nabi Ibrahim a.s. dilahirkan dan diselamatkan Allah dari pembakaran;
  • Allah menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa a.s.;
  • Nabi Yusuf a.s. dibebaskan dan penjara;
  • penglihatan Nabi Ya’qub a.s. yang buta dipulihkan oleh Allah;
  • Nabi Ayyub a.s. dipulihkan dari penyakit kulit;
  • Nabi Yunus a.s. selamat dan keluar dari perut ikan;
  • Fir’aun dan pengikutnya tenggelam ke dalam lautan,
  • dan sebagainya.
Berikut ini niat yang dibaca sebelum melaksanakan puasa Asyura 10 Muharam:

Niat Puasa Asyura
 "Nawaitu sauma ghodin min yaumi 'asyura sunnattan lillahi ta'ala"
Terjemahan: Aku berniat puasa hari Asyura karena Allah Taala.

Sekian uraian tentang Niat Puasa Asyura 10 Muharam, semoga bermanfaat. 
Continue Reading...

Pengertian Puasa dalam Islam

Rabu, 08 Oktober 2014

(Berpuasalah). Secara bahasa, puasa adalah menahan (imsak). Shiyam berasal dan kata “shama” , yang artinya “amsaka” (menahan). Sedangkan secara istilah, pengertian puasa adalah menahan dari sesuatu yang khusus (misalnya, menahan dari minuman, makanan, dan berhubungan seksual) yang dilakukan pada siang hari dengan niat puasa pada malam sebelumnya. Puasa yang diperintahkan dan dianjurkan dalam Islam adalah ialah aktivitas meninggalkan, membatasi, dan menjauhi. Dalam pengertian lain, puasa ialah aktivitas menahan dan menjauhi dan dorongan perut dan kemaluan dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Secara umum, pengertian puasa adalah menahan dan menjauhi aktivitas makan dan minum serta bersetubuh dengan istrinya dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari, dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Perintah puasa atau menahan dan dua dorongan syahwat sebagaimana telah disebutkan tadi, disyaratkan dalam Al-Quran:

Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang, campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah Swt. bagimu. Makan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi, jangan kamu campuri mereka ketika kamu beri’tikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah Swt, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa (QS Al-Baqarah [2]: 187).

Ayat Al-Quran tersebut mengisyaratkan bahwa ketika puasa boleh melakukan hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan, dalam hal ini suami-istri, dengan bersandar kepada firman Allah Swt., Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Sebagaimana diperbolehkan juga makan dan minum sepanjang malam sampai terbitnya fajar, dan kemudian diperintahkan untuk menyempurnakan puasa dan fajar hingga malam atau ketika terbenamnya matahari.

Hal ini diperkuat oleh hadis sahih, sabda Nabi Saw., “Setiap amal manusia itu untuk dirinya, kecuali puasa, maka sesungguhnya itu untukKu dan Aku memberinya pahala dan meninggalkan makan dan hawa nafsunya karena-Ku”. Dalam riwayat lain, “Meninggalkan makannya karena-Ku, meninggalkan minumnya karena-Ku, meninggalkan hawa nafsunya karena-Ku, dan meninggalkan hubungan suami-istri karena-Ku.”

Istilah puasa sebenarnya sudah dikenal dalam masyarakat Arab sebelum Islam datang. Ini diperkuat oleh keterangan yang sahih bahwa masyarakat Arab sudah biasa melaksanakan puasa ‘Asyura pada masa Jahiliah untuk mengagungkan hari tersebut. Karena itu, Nabi Saw. memerintahkan mereka untuk melaksanakan puasa’ Asyura, dan kemudian memerintahkan untuk melakukan puasa Ramadhan, sebagaimana perintah Allah Swt., Diwajibkan atas kamu berpuasa (QS Al-Baqarah [21: 183).

Mereka memahami maksud ayat inii dan melaksanakannya. Ketika seorang Arab Badui bertanya kepada Rasulullah mengenal rukun Islam, beliau menyebutkan kepadanya shalat lima waktu dan puasa Ramadhan. Namun, orang itu tidak bertanya tentang pengertian puasa, karena dia telah mengetahui sebelumnya, dan malah bertanya, apakah ada yang lainnya?

Inilah perintah puasa dalam Islam. Puasa yang paling sempurna dan dikenal seluruh umat manusia. Sebagian pemuka agama berpuasa dengan tidak menyantap makhluk yang bernyawa, tetapi tetap makan dan minum serta tidak berpuasa dari dorongan seksual.

Sebagian yang lain berpuasa tidak berbatas hari hingga fisik dan jiwanya ikut menahan beban yang berat, sehingga tidak ada yang melakukannya, kecuali orang-orang tertentu saja. Sementara puasa yang diperintahkan dalam Islam, bisa dilaksanakan oleh seluruh umat Islam, yang awam maupun kelompok tertentu.

Sekian uraian tentang Pengertian Puasa dalam Islam, semoga bermanfaat. 
Continue Reading...